Dukungan Global untuk Palestina: 75% Negara Dunia Kini Akui Kedaulatan Palestina

Tahun 2025 menjadi titik krusial dalam lanskap politik global. Ketegangan geopolitik, perubahan aliansi, dan transformasi kepemimpinan di berbagai negara besar menciptakan dinamika baru yang memengaruhi stabilitas internasional dan arah kebijakan dunia. Dunia kini tidak lagi hanya bipolar antara Amerika Serikat dan Tiongkok—kekuatan-kekuatan regional pun mulai mengambil peran strategis dalam membentuk tatanan global baru.

1. Amerika Serikat: Fokus ke Dalam, Citra Global Menurun

Setelah periode gejolak politik domestik, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan pasca-Biden menghadapi tantangan berat untuk mempertahankan pengaruh global. Polarisasi politik dalam negeri, meningkatnya tekanan ekonomi, serta kelelahan publik terhadap intervensi luar negeri, membuat AS cenderung fokus pada stabilisasi domestik.

Dampaknya: Kepemimpinan global AS mulai dipertanyakan, khususnya dalam isu-isu seperti perubahan iklim dan konflik regional.

2. Tiongkok: Menguat, Tapi Diadang Resistensi Global

Tiongkok semakin agresif dalam membangun pengaruh lewat proyek-proyek Belt and Road Initiative (BRI), serta memperkuat posisi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun, negara-negara berkembang kini mulai bersikap lebih hati-hati terhadap ketergantungan ekonomi terhadap Beijing.

Tantangan Tiongkok:

  • Isu HAM dan Xinjiang masih menjadi sorotan global
  • Ketegangan di Laut Cina Selatan tetap panas
  • Aliansi ekonomi alternatif mulai bermunculan

3. Eropa: Terpecah Tapi Tetap Relevan

Uni Eropa menghadapi ujian berat dalam menyatukan kebijakan luar negeri. Perbedaan pandangan soal hubungan dengan Rusia, Palestina, dan Tiongkok membuat Eropa seringkali tampil tidak solid. Namun, kekuatan diplomatik negara seperti Prancis dan Jerman tetap berpengaruh di forum global.

4. Timur Tengah: Damai yang Rapuh

Setelah konflik bertahun-tahun, ada sinyal damai antara beberapa negara di Timur Tengah, terutama setelah normalisasi hubungan lebih lanjut antara Arab Saudi dan Iran. Meski begitu, isu Palestina-Israel tetap menjadi pusat ketegangan yang bisa meledak sewaktu-waktu.

5. Rusia: Terisolasi, Tapi Belum Tumbang

Invasi ke Ukraina membawa dampak isolasi besar bagi Rusia secara ekonomi dan diplomatik. Namun, hubungan dekat dengan Tiongkok dan beberapa negara Asia Tengah membuat Rusia masih punya pijakan. Vladimir Putin tetap berkuasa, namun tekanan dari dalam negeri mulai muncul.

6. Kebangkitan Global Selatan

Negara-negara Global South (seperti Brasil, India, Indonesia, dan Afrika Selatan) kini mulai memperkuat kerja sama Selatan-Selatan. Mereka menuntut peran yang lebih besar di organisasi internasional seperti PBB dan IMF, serta mendorong sistem keuangan global yang lebih adil.

Kesimpulan:

Tahun 2025 adalah tahun transisi kekuasaan global. Dunia bergerak dari dominasi satu atau dua negara, menuju multipolaritas yang lebih kompleks. Politik global kini bukan hanya tentang militer dan ekonomi, tapi juga diplomasi cerdas, teknologi, dan narasi moral. Di tengah ketidakpastian ini, kerja sama internasional dan diplomasi damai tetap menjadi harapan utama untuk menghindari benturan skala besar.